Lebih Sederhana

Kurasa aku tak bisa mencintai dengan cara yang sama seperti dahulu.
Tidak bisa.

Aku mulai bosan
Getar itu hanya euphoria sesaat.
Mungkin aku yang tidak cukup mencintaimu

Atau bisa jadi aku mulai bertumbuh
Merubah cara mencintai yang teramat sangat
Menjadi lebih sederhana

Posted from WordPress for Android

Kesan Pertama

Hari ini saya berkenalan dengan seseorang (perempuan). Kami pertama kali bertemu. Pertama kali berjabat tangan, ekspresinya saja sudah merengut. Hehehe… Dan lagi diteruskan dengan pertanyaan yang bagi saya nadanya memojokkan. Hmmm…

Well, kesan pertama udah nggak enak gitu.

Saya jadi mikir… Tentang kesan pertama. Mengingat-ingat diri sendiri saat berkenalan dengan orang lain pertama kali. Saya memang bukan tipe yang mudah akrab ma orang asing, langsung ngobrol macem-macem, kecuali ditanya bakal saya jawab seperlunya. Kadang juga saya tidak bertanya balik. Tapi nggak pernah memasang ekspresi yang tidak enak. Paling senyum sedikit terus pasang muka datar andalan. Hehehe..

Ya sudah sih gitu aja. Moga saya salah, mungkin lagi PMS aja orang yang kenalan ma saya itu 😀😁😀

*postingan nggak penting saat menunggu di imigrasi

Posted from WordPress for Android

Selamat Ulang Tahun Yang Terlambat

Ketika aku memangkas jarak ribuan kilometer hanya untuk mengucap selamat ulang tahun dan selamat tinggal tapi tak menemukan apapun, entah seperti apa lagi kugambarkan rasa.

Setidaknya ucapkan selamat tinggal dengan benar. Perpisahan itu sendiri terlalu menyakitkan, jangan mempersulitnya lebih lebih lagi.

Selamat ulang tahun, lelaki 20 september.
Semoga kamu bahagia.

Untukmu yang sedang menarikan bahagia dalam mimpi yang mulai nyata…

Dariku yang terlalu takut untuk berharap akan ada lagi pertemuan meski di kehidupan selanjutnya.

*Maaf untuk keterlambatan, aku terlalu kaget dengan semua ketiba-tibaan. Sadar bahwa jarak semakin sulit untukku sekedar memperhatikanmu dari tempat tersembunyi saat rindu butuh candu sementara.

Posted from WordPress for Android

Terakhir Untuk R

R,
kali ini akan menjadi yang terakhir aku menulis untukmu… Semuanya tak kan mudah, tapi aku sudah berjanji kemarin adalah hari terakhir aku menangis karenamu. Seluruh rindu yang tak pernah tuntas pun kuputuskan untuk menyisihkannya, membiarkan waktu melebur segala menjadi abu.

R,
aku tidak sedang membuangmu seperti yang kamu lakukan dua tahun lalu padaku. Aku hanya ingin membebaskan diri sendiri dari rasa bersalah akan kekhilafan yang membuat ruang antara membentang begitu luas di antara aku dan kamu.

R,
selamanya kamu akan menjadi seseorang yang pernah kucintai begitu rupa. Seseorang yang selalu kusisipkan namanya di setiap do’a.

Tapi, R,
aku tertampar begitu rupa setelah sekian lama. Terlambat? Mungkin. Aku salah jika mengira aku pernah menjadi bagian penting dalam hidupmu. Aku bukan siapa-siapa. Hanya seseorang yang benar-benar dengan sadis kamu singkirkan dalam perjalanan menuju impianmu.

R,
Aku menyerah… Kamu tak kan kehilangan apapun saat aku memutuskan untuk berhenti. Aku berhenti untuk peduli.

Selamat tinggal, R.
Aku yakin kamu sedang berbahagia. Selalu. Selamanya…

Semoga tak ada lagi ‘aku’ lain yang lagi-lagi dengan sadis kamu tinggalkan. Cukup satu.

Posted from WordPress for Android

Ramadhan Kedua

Tahun ini ramadhan kedua setelah kita tak lagi saling menyapa.
Tak ada lagi panggilan pengingat saat sahur.
Tak ada lagi kejutan kecil ketika kuterbangun dini hari dan menemukan rekaman suaramu menyanyikan lagu kesukaanku.
Tak ada lagi kekonyolan saling mengirim voice mail dan mentertawakan suara serupa alien.
Tak ada lagi basa basi tentang menu buka hari demi hari.
Tak ada lagi salam semangat pengantar tarawih.
Tak ada lagi tanya: sudah berapa juz hari ini?
Tak ada lagi kamu…

Dan aku tak berani menyapa lebih dulu,
meski rindu…

Dimanapun kamu semoga berbahagia…

Rindu

Rasanya aku ingin terbang ke tempat di mana kamu berada.
Menemuimu hanya untuk mengucap rindu…

Apa yang harus kulakukan agar semua ini menjadi lebih mudah?

Perkara Mimpi

Awalnya setiap kamu menyusup di mimpiku
Semakin perih dalam luka yang tak kunjung punah
Kuhindari tapi makin menjadi

Hingga setelah sekian lama saat kamu bahkan semakin jarang menyusup di mimpiku
Aku yang mulai terbiasa dengan hadir semumu
Semakin kehilangan

Karena hanya dalam mimpilah
Aku bebas bermain main bersama kenangan yang kamu sisakan

Lalu aku akan jadi apa jika kamu hilang seutuhnya?

Posted from WordPress for Android

Kepada R (Lagi)

Ketika kita bertemu kembali setelah sekian lama, kukira mudah saja. Aku telah mulai bersiap sejak kemungkinan itu ada. Anggap saja pertemuan itu adalah satu dari keajaiban yang dengan murah hati Tuhan bagikan kepadaku.

Awalnya aku tak punya nyali menyapamu, sungguh aku tak tahu harus apa sementara sekuat hati aku menahan tangis yang hampir tumpah tak berkesudahan.

Kemudian esoknya kita habiskan waktu seharian. Kita, aku, kamu, dan teman-temanmu yang sekaligus teman-temanku juga. Kita berkendara jauh, menghabiskan jam demi jam di jalanan.

Lagi-lagi aku tak tahu harus apa, meski aku sudah menanggapi beberapa obrolan diantara kita. Aku tak bersikap baik padamu, ketus, tanpa senyum, dan sinis. Bukan. Bukan karena aku membencimu, tapi aku hanya memasang topeng agar kamu tak bisa membaca luka dalam sorot mataku.

Kemudian semuanya berakhir. Aku di sudut ruang menangis tak berkesudahan. Perih. Aku bahagia melihatmu lagi, sempurna. Sekaligus aku takut bahwa pertemuan ini adalah yang terakhir. Aku tak berani berharap akan ada keajaiban selanjutnya untuk kembali menatap binar matamu.

Aku sampai pada suatu titik dimana kamu terasa sangat jauh untuk kuraih. Titik dimana aku sampai pada kesadaran sampai kapanpun aku tak akan pernah layak untuk kamu perjuangkan.

Aku mungkin akan terus menangis tanpa kesudahan hingga aku mencapai akhir dimana kamu adalah seseorang yang harus kurelakan untuk tidak menjadi bagian dari hidupku yang penuh cacat.

Aku tak tahu. Mungkin memang aku tak layak untuk siapapun dan harus siap sendirian.

R,
Terima kasih untuk waktu singkat yang kamu luangkan, walaupun bukan sepenuhnya untukku. Selamat berbahagia. Kamu makhluk paling beruntung yang tidak perlu terjebak bersamaku dalam dunia rumitku yang hanya akan membuatmu bosan.

Posted from WordPress for Android

Seseorang yang Hanya Mampu Kuraih Sebatas Mimpi

Seseorang mengguncang lembut tubuh lelapku, suara yang kukenal membisikkan sebuah nama. Namaku.

Aku membuka mata dan melihat wajah teduh dengan binar mata kekanakan yang indah.

“Maaf aku terlambat datang.” lembut jemarinya membelai pipi sebelah kiriku.

Aku menelusupkan jemari diantara helai rambutnya. Memastikan ia nyata.
“Rambutmu makin panjang.”

Kemudian semua lenyap.

Aku membuka mata. Kamu, memang hanya bisa kuraih sebatas mimpi. Perih.

Aku tak cukup layak untuk kamu jadikan pilihan. Pahit.

Dan aku tak cukup punya nyali untuk memintamu kepada Tuhan, karena sungguh kamu terlalu indah untuk kumiliki.

Aku yang begitu hina dan kacau balau dalam sisa-sisa luka.

*Nyamuk, seseorang sebelum R, yang tak pernah kupikirkan sedikitpun tapi kumimpikan lagi untuk pertama kali setelah sekian tahun, entah kenapa*

Posted from WordPress for Android

Pertemuan Hanya Candu bagi Rindu

Pertemuan itu tidak akan pernah cukup untuk menuntaskan rindu. Pertemuan tak jauh beda dari kafein yang sekedar meningkatkan ambang batas kantuk. Sesungguhnya kantuk hanya bisa diobati oleh tidur. Sedangkan rindu oleh kebersamaan. Pertemuan hanya akan mengisi kekosongan relung rindu dan meningkatkan ambang batas toleransi rindu sampai kamu sakau lagi dan berharap pertemuan kembali. Terus begitu. Tak kan usai. Pertemuan hanya candu bagi rindu.

*Benarkah sudah siap menghadapi candu? Should I?